Friday, February 10, 2017

Kisah Dua Bani Israil Yang Sama-Sama Jujur dan Amanah

Di sebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, ada seorang Bani Israel yang mengunjungi sahabatnya untuk meminjam uang sebesar seribu dinar. Teman yang menghutangnya pun meminta syarat. “Hadirkan beberapa saksi agar mereka menyaksikan (hutangmu ini).” Cukuplah Allah sebagai saksi bagiku!” kata si peminjam.

kisah-dua-bani-israil

“Kalau begitu, coba datangkan seseorang yang bakal menjaminmu!” sahut temannya memberikan syarat lain. “Cukuplah Allah yang menjaminku!” jawabnya. Begitu yang dipinjami mengulangi persyaratannya lagi, tetapi yang meminjam pun kembali menyampaikan jawaban serupa.

“Baiklah. Akan kuberikan seribu dinar untuk engkau pinjam. Ya sudah, biarlah Allah saja yang menjaminnya” ucap si pemberi pinjaman. Ia merasa sahabatnya yang membutuhkan uang itu memang jujur, dapat dipercaya dan bertanggung jawab untuk mengembalikan pinjamannya sesuai dengan tempo yang disepakati.

Lantas uang itu diserahkan kepada sahabatnya. Setelah mendapatkan uang pinjaman, si penghutang pun pergi menyeberangi lautan untuk kembali  manjalankan bisnisnya di tempatnya.

Singkat cerita, tak terasa pinjaman itu sudah jatuh tempo dan harus segera dikembalikan. Sadar harus mengembalikan pinjamannya, hari itu ia mencari kapal yang bisa mengantarkan dirinya ke sahabatnya yang memberikan pinjaman padanya. Lelaki itu memang sudah niat untuk mengembalikan uang yang dipinjam. Di tentenglah uang seribu dinar ke tepi  pantai, sekian lama bolak-balik, mondar-mandir tak jua mendapati kapal.

Tampak lelaki itu mulai gelisah karena kapal yang dinantikannya tak kunjung tiba. Dia sedih karena bila tak bisa mengembalikan uang di hari itu, sama artinya ia  mengingkari janji yang telah disepakati. Padahal dirinyalah yang meminta agar Allah  swt yang menjadi saksi dan menjadi penjaminnya.

Hatinya gundah-gulana. Hingga beberapa saat kemudian dilihatnya ada sebatang kayu yang sementara mengapung. Tiba-tiba ia mendapat sebuah ide. Dalam benaknya, uang sebanyak itu bisa disiasati untuk dimasukkan ke dalam lubang kayu, kemudian dihanyutkan ke laut. Konyol memang, tetapi  tidak mengapa  ini dilakukan sebagai wujud kesungguhannya  dalam menepati janji.

Segera  dipungut kayu itu. Ia lubangi  sampai kira-kira uang seribu  dinarnya bisa  masuk semua  di dalamnya. Tak lupoa ia menyertakan sepucuk surat  yang isinya menjelaskan keadaan dirinya yang sebenarnya sehingga tidak bisa datang langsung untuk mengembalikan uang pinjaman. Setelah itu, lubang kayu tersebut ditutup hingga  rata. Barulah kemudian dihanyutkannya ke laut.

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku berhutang seribu dinar kepadanya. Dia meminta penjamin kepadaku, lalu aku  menjawab. Cukuplah Allah  sebagai penjamin. Dan dia rela dengan-Mu, lalu dia memintaku seorang  saksi dan aku berkata ‘Cukuplah Allah sebagai saksi’. Dia pun rela kepada-Mu. Sesungguhnya aku telah berusaha mencari perahu untuk mengirim haknya, tetapi aku tidak mendapatkan, dan aku menitipkannya kepada-Mu” demikian ia berdoa.

Setelah itu ia pulang ke rumahnya sembari memasrahkan semuanya pada Allah swt. Ia yakin bahwa Allah akan membereskan urusannya. Benar saja, permohonan  lelaki tersebut terjawab. Allah swt menjaga kayu yang berisi uang tersebut di tengah lautan dan mengarahkan ombak di lautan agar menghempaskan kayu itu ke pulau dimana sahabat lelaki tersebut berada.

Nun jauh diseberang lautan, sang pemberi pinjaman tengah menunggu temannya itu. Cukup lama ia menanti, tapi tanda-tanda kedatangannya tak nampak. Saat hendak pulang, pandangannya tiba-tiba tertuju pada kayu yang mengambang, mendekati daratan. Lalu  dihampirilah kayu itu untuk dibawa pulang sebagai  kayu bakar. Sesampai  di rumah, kayu itu dibelah dan ternyata di dalamnya terdapat  uang seribu dinar dan sepucuk surat dari sahabatnya.

Beberapa waktu kemudian, setelah ada kapal yang mengantarnya ke pulau seberang, dia datang menemui sahabatnya yang meminjaminya uang dengan perasaan bersalah. Di tangannya sudah ada seribu dinar lagi, karena khawatir  uang yang dikirim lewat  sebatang kayu tidak sampai ke tangan sahabatnya.

“Demi Allah, sebelum kedatanganku kali ini, aku telah berusaha mencari kapal, namun sungguh sayang aku tidak mendapatkannya. Maafkan, aku, Kawan” katanya meminta maaf.

Sejurus kemudian, ia berikan uang seribu dinar yang  baru dibawanya dari rumah kepada sahabatnya itu. “Apakah engkau mengirimkan sesuatu?” tanya sahabat yang memberi pinjaman.

Bukankah telah kukatakan bahwa aku tidak mendapatkan kapal yang bisa mengantarkanku ke tempat ini?” jawab sang peminjam.

Kemudian sahabatnya itu mengabarkan. “Sesungguhnya Allah telah mengantarkan uang pinjamanmu yang kau taruh di dalam lubang  sebatang kayu. Karena itu bawalah uang seribu dinar kembali dengan beruntung!”
Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah diatas.

Pertama, setiap muslim diperintahkan untuk berlaku jujur, amanah serta menepati janji. Barang siapa yang melakukan sifat-sifat tersebut, niscaya ia diberi balasan yang baik, di dunia maupun di akhirat. Barang siapa yang meninggalkan khianat karena Allah dengan segenap kejujuran dan keikhlasan, niscaya Allah mengganti  hal tersebut dengan kebaikan yang setimpal.

Kedua, anjuran untuk senantiasa tawakal kepada Allah swt, dalam segala urusan dan kondisi. Apabila usaha dan ikhtiar sudah dilakukan maksimal, segera pasrahkan diri kepada Yang Kuasa. Begitu pula yang dilakukan oleh lelaki yang berhutang tersebut. Ketika jatuh tempo, uang seribu dinar itu sudah ia siapkan untuk diantarkan kepada sahabatnya. Akan tetapi karena perjalanannya menyeberang lautan, maka ia harus mendapatkan kapal. Mengingat di hari itu tak ada kapal, apa daya, ia berspekulasi dengan cara mengirimkan  uangnya melalui sebatang kayu yang terapung yang dihanyutkan ke laut. Ia pasrahkan kepada Allah swt agar menjaga dan mengantarnya kepada sahabatnya.

Ketiga, anjuran untuk  mencatat hutang, mendatangkan saksi dan jaminan dalam hutang. Seperti diketahui hutang adalah persoalan serius yang akan terbawa di kehidupan setelahnya, apabila belum selesai di dunia. Karena itu, perlu dicatat, perlu ada saksi dan jaminan agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan salah satu pihak di kemudian  hari.

Keempat, kisah tersebut adalah bagian dari karamah yang diberikan kepada orang yang shaleh. Sulit dinalar akal sehat,  sebatang kayu yang berisi  uang seribu dinar yang dihanyutkan dilautan bisa sampai ke tujuan (ditangan) orang yang dituju. Tidak jatuh ke tangan orang lain. Ini termasuk aneh, yang terjadi bukan secara  kebetulan saja. Akan tetapi berkat doa orang shaleh tersebut. Allah swt, menjawabnya dengan mengirimkan sebatang kayu yang berisi uang tersebut kepada orang yang tepat sasarannya.

No comments:

Post a Comment