Friday, February 10, 2017

Kisah Berkat Sedekah Menyelamatkan Nyawa Seorang Wanita

“Dan terhadap apa-apa yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi reziki yang sebaik-baiknya”. (QS. Saba ayat 39)

Setiap kali seorang bersedekah maka saat  itulah Allah swt, menggantinya dengan kebaikan berlipat ganda. Tak hanya itu, seorang yang bersedekah juga dapat terhindar dari malapetaka. Jiwa dan raganya terjaga sebagaimana hatinya terpelihra dari keburukan berkat keikhlasannya bersedekah. Inilah yang terjadi kepada seorang perempuan asal Jawa Tengah yang tinggal di Jakarta. Kita sebut saja namanya Fatimah, sebab beliau tak ingin  nama sebenarnya disebut.
kisah-berkat-sedekah-menyelamatkan-nyawa-wanita

Kejadian ini telah terjadi beberapa tahun lalu. Fatimah merupakan seorang ibu rumah tangga yang baik. Kehidupan keluarganya pun tergolong berkecukupan. Tapi hal itu tak membuatnya lupa daratan, sebab ia tetap mengisi relung-relung batinnya dengan beribadah dan mengaji.

Dengan seorang Kyai yang membuka Majelis Taklim di daerah Rawamangun, Jakarta Timur, ia rajin mengaji, memperdalam pengetahuan tentang  keagamaannya. Majelis Taklim ini bisa dikategorikan termasuk pengajian tarekat karena yang dikaji sehari-hari merupakan esensi atau inti sari dari ibadah yang sudah disyariatkan, atau bisa dikatakan pula, pengajian itu adalah pengajian hati, karena baik materi dan cara penyampaiannya dengan hati dan selalu mengarah ke dalam hati. Tak heran jika sang Kyai yang menjadi mursyid tergolong seorang sufi yang tinggi ilmu dan ketaatannya.

Suatu ketika, Fatimah dipanggil Kyainya. “Atas segala sesuatu hanya Allah-lah yang berkuasa dan Maha Mengetahui. Apa yang akan saya katakan bukanlah mendahului takdir-Nya, tapi saya melihat pada hari itu dan jam itu, ibu akan mengalami sesuatu yang membuat ibu wafat dan meninggalkan dunia ini, “ jawab Kyai alim itu dengan tenang.

Tentu saja fatimah kaget mendengar perkataan itu, tak biasanya sang guru memanggil dirinya, apalagi yang dibicarakan adalah hal yang sangat menggetarkan, yaitu kematian. Ia  tahu betul mursyid yang selama ini mengajarinya mendekatkan diri kepada Allah swt, itu tak pernah berbicara buruk dan dusta. Tapi, kini Kyai itu telah mengabarkan satu peristiwa yang cukup membuatnya bergetar, yakni waktu dan hari tertentu dimana ia akan  meninggal dunia. Fatimah pun terdiam tak tahu apa yang harus  ia katakan. Hatinya syok, kaget dan gelisah.


Tapi Sang Kyai Tersenyum

“Kematian adalah sesuatu yang pasti dalam hidup manusia dan hanya Allah-lah yang paling mengetahuinya, tak ada satu mahlukpun yang memiliki ilmu atas hal ini selain dari-Nya. Jadi kepastian sesungguhnya hanya Allah yang mengetahui. Semoga yang saya lihat itu merupakan satu hal yang tak benar. Tapi Bu, saya sarankan ibu untuk bersedekah, agar ibu  selalu diberikan keselamatan,” ujar Kyai kepada muridnya yang shalehah itu.

Fatimah manggut-manggut mendengar perkataan itu. Sementara itu hatinya masih diliputi  gundah apakah yang dikatakan oleh Kyai itu akan menemui kebenaran atau tidak. Tapi  segera menyadari bahwa bukan porsi manusia, baik dan gurunya itu, untuk dapat menentukan waktu kematian seseorang. Namun dalam hal bersedekah itu merupakan porsi manusia yang sudah ditetapkan sebagai amalan yang baik dan bernilai tinggi jika dikerjakan. Fatimah pun memantapkan hatinya untuk bersedekah.

Fatimah sebenarnya sudah sering bersedekah. Namun kali ini Kyainya menganjurkan Fatimah  untuk bersedekah lebih besar dari biasanya, yakni sebsar Rp. 3.000.000. Menurut hemat sang Kyai jumlah itu amatlah pas dengan kondisi perekonomian Fatimah yang lebih dari cukup. Fatimah mengangguk, mematuhi saran Kyai itu.


Ketabrak Truk

Setelah melaksanakan amal sedekah, waktu pun berjalan seperti biasa. Fatimah tetap menjalankan rutinitasnya seperti biasa, termasuk mengaji secara rutin. Dalam pengajian, Kyai itu memang sudah sering menjelaskan faedah serta keutamaan bersedekah yang dapat memberikan cahaya bagi hati dan kehidupan. Apalagi Allah dengan tegas mengatakan akan mengganti setiap sedekah yang diberikan. Harta seseorang  tidaklah berkurang karena sedekah, melainkan akan bertambah , demikan janji Allah Swt.

Waktu yang bergerak akhirnya membawa Fatimah pada waktu yang dimaksud sang Kyai, dimana Fatimah akan mengalami momen penting dalam hidupnya. Tapi sungguh hati Fatimah tak khawatir sedikitpun. Entah karena sedekah yang telah ia lakukan atau karena  ia sudah ikhlas menerima ketentuan Allah, baik yang berupa anugerah atau yang buruk baginya. Namun memang  seperti itulah semestinya hati seseorang setiap saat, karena tak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi satu detik ke depan selain Allah swt.

Saat itu malam, hari amat tenang dengan bulan cantik yang temaram. Fatimah tengah mengendarai  mobil  saat itu. Fatimah menyetir kendaraannya dengan  tenang. Jalan yang baik, udara yang baik serta perasaan yang baik pula, membuat Fatimah berfikir tak akan ada kejadian luar biasa malam itu. Kecemasannya pun perlahan hilang karena tak ada satupun tanda yang dapat membenarkan satu malapetaka yang akan terjadi. Rupanya itulah  nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Hati yang diliputi ketegangan itu juga yang membuat Fatimah dapat melihat sepotong kertas dibawah bangku kiri mobil yang dikendarainya.

Kertas  yang dibawah bangku  samping itu menarik perhatian Fatimah. Dengan tangannya, ia coba meraih kertas tersebut, namun tak terjangkau. Karena harus  berpindah duduk agar dapat meraih kertas itu, Fatimah meminggirkan kendaraannya. Ia berpindah tempat dari  bangku supir di sebelah kanan ke bangku sebelah kiri. Saat itulah tak diduga-duga, sebuah truk Tronton dari arah berlawanan meluncur tanpa kendali dan menabrak mobil Fatimah. Bagian depan sebelah kanan mobil itu remuk. Fatimah menjerit, badannya terguncang dan terhempas di dalam mobil.

Orang-orang yang melihat kejadian itu langsung bergerak menolong. Di dalam mobil Fatimah tampak shock. Tapi tindakan Fatimah  berpindah duduk dari kanan ke kiri, telah menyelamatkannya dari cedera berat yang dapat membawanya kepada kematian. Truk tronton  itu memang membuat remuk bagian kanan mobil  Fatimah, tapi tidak bagian kiri dimana Fatimah berada.

Warga  yang mengetahui kejadian itu segera membawa Fatimah ke rumah sakit. Melihat kondisi mobil yang  rusak parah , warga  sebenarnya  khawatir  atas keselamatan Fatimah, begitu pun petugas Ambulans. Tapi, sungguh, sebuah gerakan kecil yang dilakukan Fatimah di dalam mobilnya sangatlah berarti bagi Fatimah. Ia hanya mengalami shock yang perlahan bisa diatasi sedikit demi sedikit.  Sementara itu hampir  tak ada  luka  serius  yang dialami Fatimah. Ia hanya mengalami lecet dan beberapa luka kecil yang tak berarti. Setelah di rawat  di Rumah Sakit, dokter memutuskan untuk membolehkan Fatimah pulang ke rumahnya.

Ia sama sekali tak menyangka hanya karena  ingin mengambil sepotong kertas, nyawanya selamat. Saat itu, rasanya ia tak mampu berkata-kata, hanya rentetan hamdalah yang dapat diucapkannya. Hatinya tambah kuat menyakini faedah besar dari bersedekah. Sungguh Allah swt, tak pernah berdusta atas segala firman-Nya.

Apa yang dialami Fatimah merupakan bukti bahwa seorang hamba yang bersedekah adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat dan akan senantiasa mendapat perlindungan dari Allah Swt.

Mengapa Fatimah ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apapun? Tentu itulah bukti kasih sayang Allah kepada Fatimah. Kasih sayang itu bertambah  besar karena Fatimah juga telah melakukan sedekah yang ternyata bisa “menebus” nyawanya. Inilah barangkali  kenapa Rasulullah kerap menganjurkan para sahabatnya untuk bersedekah termasuk saat akan pergi ke medan perang. Dengan sedekah itu para sahabat  berharap  untuk diberikan keselamatan dan kemenangan. Sekalipun mereka gugur, sedekah yang mereka lakukan sekiranya  dapat menjadi penghapus dosa dan sarana untuk melapangkan jalan merega ke surga.

No comments:

Post a Comment