Umar bin khattab adalah keturunan dari Quraisy Adi. Keluarga Adi adalah salah satu dari sepuluh keluarga asli Quraisy yang tinggal di Mekkah. Umar bin Khattab adalah generasi kedelapan dari Adi bin Ka’ab.
Ayah Umar bernama Khattab bin Nufail, sementara ibunya bernama Khantamah binti Hisham bin Mughirah. Hisham bin Mughirah adalah kakek Umar sekaligus kakek Khalid bin Walid, pemeimpin tentara Quraisy. Khantamah adalah saudara dari Amr bin Hisham bin Mughirah atau dikenal dengan nama Abu Jahal. Dengan demikian, Umar adalah keponakan Abu Jahal. Sementara itu, Mughirah adalah salah seorang tokoh Quraisy yang disegani. Ia sering kali memimpin pasukan Quraisy dalam peperangan.
Umar dididik oleh ayahnya sehingga menjadi pribadi yang keras, berani dan displin. Umar tumbuh menjadi seorang yang pandai dan berpengetahuan luas. Pada masa itu kemampuan membaca dan menulis adalah sesuatu yang langka. Salah seorang yang memiliki kemampuan itu adalah Umar bin Khattab. Umar juga mampu berbicara di depan umum dengan baik. Ia memiliki suara yang besar dan tampak berwibawa.
Umar adalah orang yang berbadan tinggi, besar dan kuat. Apabila Umar berada di tengah-tengah kerumunan orang ia dapat ditemukan dengan mudah karena badannya yang tinggi dan besar. Umar juga sering kali menjadi juara pertandingan gulat yang menjadi tradisi di Kota Mekkah saat itu. Di sisi lain Umar adalah seorang yang taat pada keyakinannya dan setia kawan. Ia suka membantu orang lain. Karena berbagai kelebihannya, Umar menjadi orang yang disegani dan ditakuti.
Pada awal rasulullah berdakwah, Umar bin Khattab menjadi salah seorang yang menentang ajaran agama Islam. Oleh karena itu, Rasulullah menyebarkan ajaran agama Islam secara sembunyi-sembunyi.
Awal Keislaman Umar bin Khattab
Umar bin Khattab adalah orang yang sangat kejam dan berwatak keras. Ia termasuk orang Quraisy yang sangat menentang ajaran Nabi Muhammad. Oleh karena itu, ia sangat membenci para pengikut Nabi Muhammad, ia juga melakukan penganiayaan kepada kaum muslim di Mekkah.
Pada suatu masa, Rasulullah memerintahkan kaum muslim untuk berhijrah ke Madinah. Kaum muslim secara bergerombol mulai berhijrah. Hal itu membuat Umar semakin membenci Nabi Muhammad. Umar bermaksud untuk membunuh Nabi Muhammad. Dengan membawa pedangnya, Umar pergi ke tempat Rasulullah berada.
Dalam perjalanan menuju tempat Rasulullah, Umar bertemu dengan Nuaim bin Abdullah. Nuaim bertanya, “Wahai Umar, engkau akan pergi ke mana?” Dengan lantang, Umar berkata, “Aku hendak mencari Muhammad. Aku akan membunuhnya.” Nuaim berkata, “Wahai Umar, sebelum engkau membunuh Muhammad, selesaikan dulu permasalahan keluargamu.” Umar bertanya keheranan, “Apa maksud perkataanmu?” Nuaim berkata, “Adikmu Fatimah dan suaminya, Said bin Zaid, telah memeluk agama Islam.” Mendengar hal itu, Umar bergegas ke rumah adiknya.
Sesampai di rumah adiknya, Umar mendengar Fatimah dan suaminya sedang membaca Al-Qur’an. Pada saat itu, Khabab bin Arats juga berada di rumah Fatimah. Menyadari ada orang di luar rumahnya, Fatimah berhenti membaca Al-Qur’an dan menyembunyikannya. Sementara itu, Khabab bersembunyi di sudut rumah.
Umar mendesak Fatimah menyerahkan kitab suci, tetapi fatimah tidak mau. Kemudian, Umar memukul Fatimah dan Said tanpa rasa kasihan. Melihat tangisan dan tetesan darah fatimah, Umar tersadar dan tersentuh hatinya.
Setelah itu, Umar meminta Fatimah membaca Al-Qur’an sekali lagi. Umar tersentuh hatinya oleh lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Umar pun berniat untuk menemui Rasulullah dan masuk agama Islam. Demikianlah, Al-Qur’an diturunkan sebagai peringatan bagi orang yang takut kepada Allah (Surat Thaha ayat 3). Mendengar niat Umar, Khabab keluar dari tempat persembunyian dan berkata., “Wahai Umar, aku mendengar Rasulullah bersabda, “Ya Allah, kuatkan Islam dengan salah seorang lelaki yang Engkau kasihi; Amr bin Hisyam atau Umar bin Khattab.”
Perkataan Khabab membuat Umar semakin bersemangat. Umar segera meneruskan langkah menuju rumah Al-Arqam di bukit Safa. Sesampai di sana, para sahabat menjadi gempar dengan kedatangan Umar. “Umar.......... datang. Umar datang............ Orang-orang mengintip ke luar. Mereka melihat Umar dengan pedang tersandang di pinggangnya. Mereka tidak mau membukakan pintu.
Kemudian, Hamzah, paman Rasululah, berkata, “Bukakan pintu untuknya. Jika dia bermaksud baik, kita akan menerimanya. Jika dia bermaksud buruk, kita akan hadapi dia. Setelah pintu dibuka, Umar masuk. Kaum muslim yang ada di sana bersiap menghunus pedang. Mendengar keributan Rasulullah keluar dari suatu ruangan. Sesaat kemudian.Umar menyatakan keinginan untuk memeluk agama Islam. Setelah Umar mengucapkan kalimat syahadat, bergemalah takbir di rumah Al-Arqam.
Ketika itu, Rasulullah sangat bahagia dengan keislaman Umar. Bahkan, Malaikat Jibril pun mengucapkan selamat kepada Rasulullah. Kakek, keislaman Umar membawa pengaruh yang besar bagi perkembangan agama Islam.
No comments:
Post a Comment