Tuesday, February 7, 2017

Kisah Hanzalah bin Abu Amir As-Saify

Di Madinah terdapat dua orang tokoh dari dua suku yang memiliki pengaruh besar. Kedua tokoh itu adalah Abdullah bin Ubay dari suku Khazraj dan Abu Amir As-Saify dari suku Aus.
Setelah ajaran Islam menyebar ke Madinah, banyak penduduk Madinah yang memeluk agama Islam. Di antara penduduk Madinah yang memeluk agama Islam ialah Abdullah bin Ubay dan Abu Amir As-Saify. Namun tidak seperti kebanyakan penduduk  lainnya. Abdullah bin Ubay dan Abu Amir As-Saify memeluk agama Islam secara terpaksa. Mereka tidak ingin jabatannya sebagai pemimpin suku digantikan oleh orang lain.

Kisah-hanzhalah-bin-abu-amir

Abdullah bin Ubay memiliki anak yang bernama Abdullah, sedangkan Abu Amir As-Saify memiliki anak yang bernama Hanzhalah. Berbeda dengan ayah mereka masing-masing Abdullah dan Hanzhalah menjalankan ajaran agama Islam dengan penuh keikhalasan. Keduanya adalah sahabat Rasulullah saw.

Pada suatu hari sebelum Perang Uhud, tepatnya pada malam Jumat, Hanzhalah bin Amir As-Saify menikah dengan Jamilah, anak perempuan Abdullah bin Ubay. Mereka baru bersama sehari, tetapi ada panggilan bagi kaum muslim untuk berjihad. Sebagai orang  muslim yang taat pada perintah Rasulullah. Hanzhalah segera mempersiapkan diri untuk berperang di medan Uhud.

Pada Perang Uhud, Hanzhalah langsung berhadapan dengan panglima perang Quraisy, Abu Sufyan bin Harb. Pertempuran keduanya berlangsung sengit. Abu Sufyan pun hampir tewas di tangan Hanzhalah. Namun tiba-tiba anak buah Abu Sufyan, Syaddad bin Al-Aswad menikam Hanzhalah dari belakang. Hanzhalah pun mati  dengan berlumuran darah disekujur tubuhnya.

Perang Uhud telah berakhir. Para sahabat mengumpulkan jasad para syuhada Rasulullah berkata, “Aku melihat malaikat memandikan jasad Hanzhalah bin Abu Amir di antara langit dan bumi dengan air kasturi dalam bejana perak.” Para sahabat pun bergegas mencari jasad Hanzhalah. Mereka menemukan jasad Hanzhalah dengan rambut basah dan harum baunya.

Para sahabat keheranan mengetahui rambut Hanzhalah  yangn masih basah. Mereka bertanya, “Bukankah orang yang mati syahid di medan perang tidak perlu dimandikan serta langsung dishalatkan dan dikuburkan?” Kemudian, Rasulullah  memerintahkan para sahabat untuk mengabarkan keadaan Hanzhalah kepada istrinya.

Setelah bertemu dengan istri Hanzhalah, para sahabat menjelaskan tentang keadaan Hanzhalah. Istri Hanzhalkah berkata, “Ketika mendengarkan seruan dari Rasulullah untuk pergi berperang suami saya segera menunaikan seruan itu, padahal suami saya dalam keadaan junub.” Kemudian, para sahabat  kembali ke tempat Rasulullah dan menceritakan tentang perkataan istri Hanzhalah. Lalu Rasulullah berkata, “Oleh karena  Hanzhalah dimandikan olah malaikat.”

Karena kecintaan dan ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya, Hanzhalah segera bergegas begitu mendengar seruan untuk berjihad. Allah pun membalasnya dengan kasih sayang yang amat besar.

No comments:

Post a Comment