Monday, February 6, 2017

Keteladanan Abbad Bin Bisyir

Keteladanan Abbad bin Bisyir Radhiallahu ‘Anhu ~ Ketika Mush'ab bin Umair di tiba di Madinah sebagi utusan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengajarkan seluk beluk Agama kepada orang-orang Anshar yang telah berbai'at kepada Nabi dan membimbing mereka melakukan shalat, maka Abbad bin Bisyir raddhiallahi'anahu adalah seorang budiman yang telah dibukakan Allah hatinya untuk menerima kebaikan. Ia datang menghadiri majelis Mush'ab dan mendengarkan da'wahnya, kemudian diulurkan tangannya mengangkat bai'at memeluk agama Islam. Dan semenjak itu mulailah ia menempati kedudukan utama di antara orang-orang Anshar yang diridhai oleh Allah serta Allah ridha terhadap mereka.

Keteladanan-Abbad-bin-Bisyir-Radhiallahu-%25E2%2580%2598Anhu

Kemudian Nabi Saw pindah ke Madinah, setelah lebih dulu orang-orang Mu’min dari Mekkah tiba disana. Dan mulailah terjadi peperangan-peperangan dalam mempertahankan diri dari serangan-serangan kafir Quraisy dan sekutunya yang tak henti-hentinya memburu Nabi dan umat Islam. Kekuatan pembawa cahaya dan kebaikan bertarung dengan kekuatan gelap dan kejahatan. Dan pada setiap peperangan itu Abbad bin Bisyir berada di barisan terdepan, berjihad di jalan Allah dengan gagah berani dan mati-matian dengan cara yang amat mengagumkan.

Mungkin peristiwa yang kita paparkan di bawah ini dapat mengungkapkan sekelumit dari kepahlawanan tokoh Mu'min ini. 

Rasulullah Saw dan Kaum Muslimin setelah selesai menghadapi perang Dzatur Riqa, mereka sampai di suatu tempat dan bermalam di sana, Rasulullah Saw, memilih beberapa orang sahabatnya untuk berjaga secara bergiliran. Di antara mereka terpilih 'Ammar bin Yasir dan 'Abbad bin Bisyir yang berada pada satu kelompok.

Karena dilihat oleh 'Abbad bahwa kawannya 'Ammar sedang lelah, diusulkannyalah  agar 'Ammar tidur terlebih dahulu dan ia akan berjaga. Dan nanti bila ia telah mendapatkan istirahat yang cukup, maka giliran 'Ammar yang berjaga untuk menggantikannya.

'Abbad melihat bahwa lingkungan sekitarnya aman. Maka timbul pada pikirannya, mengapa ia tidak mengisi waktunya dengan melakukan shalat, hingga pahala yang akan diperoleh akan jadi berlipat? Demikianlah ia bangkit untuk sholat. Tiba-tiba saat ia berdiri sedang membaca sebuah surat Al-Qur'an setelah Al-Fatihah, sebuah anak panah menancap di pangkal lengannya, kemudian dicabutnya anak panah itu dan tidak menghentikanna shalatnya.

Tidak lama kemudian tertancap lagi anak panah kedua yang mengenai anggota badannya. Tetapi ia tak segera menghentikan shalatnya, kemudian dicabutnya anak panah itu seperti yang pertama tadi, dan dilanjutkannya bacaan surat yang telah ia baca.

Kemudian dalam gelap malam itu musuh memanahnya kembali untuk ketiga kalinya, 'Abbad menarik anak panah itu dan mengakhiri bacaan surat. Setelah itu ia ruku' dan sujud, namun tenaganya telah lemah disebabkan sakit dan lelah, diantara sujud diulurkannya tangannya kepada kawannya yang sedang tidur disampingnya dan tidak ditarik-tariknya sampai ia terbangun.

Kemudian 'Abbad bangkit dari sujudnya dan membaca tasyahud, lalu menyelesaikan shalatnya. "Ammar terbangun mendengar suara kawannya yang tak henti-hentinya menahan sakit; "Gantikan aku berjaga, karena aku telah kena anak panah! "Ammar bangkit dari tidurnya hingga menimbulkan kegaduhan dan takutnya musuh yang menyelinap. Mereka melarikan diri, sedang 'Ammar berpaling kepada temannya seraya berkata: "Subhanallah..! Kenapa saya tidak dibangunkan ketika kamu dipanah yang pertama kali tadi........ "Ujar 'Abbad.

"Ketika aku shalat tadi, aku membaca beberapa ayat Al-Qur'an yang amat mengharukan hatiku, sehingga aku tak ingin untuk memutuskannya....! Dan demi Allah, aku tidaklah akan menyia-nyiakan pos penjagaan (ribath) yang ditugaskan Rasul kepada kita untuk menjaganya, sungguh, aku lebih suka mati dari pada memutuskan bacaan ayat-ayat yang sedang ku baca itu....!

"Abbad amat cinta sekali kepada Allah, kepada Rasul-Nya dan kepada Agama-Nya...Kecintaan itu memenuhi segenap perasaan dan seluruh kehidupannya. Dan semenjak  Nabi SAW, berpidato dan mengarahkan pembicaraannya kepada Kaum Anshar, ia termasuk salah seorang di antara mereka, Sabdanya; "Hai golongan Anshar...! Kalian adalah utama, sedang golongan lain bagai kulit ari! Maka tak mungkin aku dikhianati oleh pihak kalian. .....!"

Semenjak itu, yakni semenjak 'Abbad mendengar ucapan ini dari Rasul-Nya, dari guru dan pembimbingnya kepada Allah, dan ia rela menyerahkan harta benda nyawa dan hidupnya di jalan Allah dan di jalan Rasul-Nya, maka kita temui dia di tempat pengorbanan dan di peperangan muncul sebagai orang pertama, sebaliknya di waktu pembagi keuntungan dan harta rampasan, sukar sekali untuk menemuinya.

Disamping itu ia adalah seorang ahli ibadah yang tekun, seorang pahlawan yang gigih dalam berjuang, seorang dermawan yang rela berkorban, dan seorang mu'min sejati yang telah membaktikan hidupnya untuk keimanannya ini....! Keutamaannya ini telah dikenal luas di antara sahabat-sahabat Rasul. Dan Aisyah radhiallahu anhu Ummul Mu'min pernah mengatakan tentang dirinya; Ada tiga orang Anshar yang keutamaannya tidak dapat ditandingi oleh seorang pun juga, yaitu: Sa'ad bin Mu'adz, Usaid bin Hudlair dan 'Abbad bin Bisyir.....!"

Dalam peperangan menghadapi orang-orang murtad sepeninggal Rasulullah Saw, maka 'Abbad memikul tanggung jawab dengan keberanian yang tak ada taranya. Apalagi dalam pertempuran Yamamah dimana Kaum Muslimin menghadapi bala tentara yang paling kejam dan paling berpengalaman dibawah pimpinan Musailamatul Al-Kaddzab, 'Abbad melihat bahaya besar yang akan mengancam Islam. Maka jiwa pengorbanan dan rasa kepahlawanannya mengambil andil sesuai dengan tugas yang dibebankan oleh keimanannya, sampai meningkat ke taraf yang sejajar dengan kesadarannya akan bahaya tersebut, hingga menjadikannya sebagai prajurit yang berani mati, yang tak menginginkan apapun kecuali mati syahid dijalan  Allah.

Sehari sebelum perang Yamamah itu dimulai, "Abbad mengalami sebuah mimpi diketahui Tabirnya secara gamblang dan terjadi di area pertempuran sengit yang diterjuni oleh Kaum Muslimin. Seorang sahabat mulia Abu Sa'id al-Khudri radhiallahu' anhu menceritakan mimpinya yang dilihat oleh 'Abbad tersebut begitu pun Tabirnya, serta peranannya yang mengagumkan dalam pertempuran yang berakhir dengan syahidnya. Demikian cerita Abu Sa'id 'Abbad bin Bisyir kepadaku: "Hai Abu Sa'id, Saya bermimpi semalam melihat langit terbuka untukku, kemudian tertutup lagi...! Saya yakin bahwa tabirnya insya Allah, saya akan menemui syahidnya...! "Demi Allah!" ujarku, "itu adalah mimpi yang baik...!"

"Dan di waktu perang Yamamah itu saya lihat ia berseru kepada orang-orang Anshar; "Pecahkan sarung-sarung pedangmu dan tunjukkan kelebihan kalian...!" Maka segeralah menyerbu yang mengiringinya sejumlah empat ratus orang dari golongan Anshar, hingga sampailah mereka ke pintu gerbang kebun bunga, lalu bertempurlah dengan gagah berani. Ketika itu 'Abbad menemui syahidnya. Wajahnya saya lihat penuh dengan bekas sambaran pedang, dan saya mengenalnya hanyalah dengan melihat tanda yang terdapat pada tubuhnya....!

Demikianlah 'Abbad meningkat naik ke taraf yang sesuai untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang Mu'min dari golongan Anshar, yang telah mengangkat bai'at kepada Rasulullah Saw, untuk membaktikan hidupnya bagi Allah dan menemui syahid di jalan-Nya...

Dan tatkala pada awal dilihatnya neraca pertempuran sengit itu lebih berat untuk kemenangan musuh, teringatlah olehnya ucapan Rasulullah Saw, terhadap kaumnya golongan Anshar; "Kalian adalah utama...! Maka tak mungkin saya dikhianati oleh pihak kalian!"

Ucapan itu memenuhi rongga dada dan hatinya, hingga seolah-olah sekarang ini Rasulullah masih berdiri, mengulang-ulang kata-katanya itu. 'Abbad merasa bahwa seluruh tanggung jawab peperangan itu terpilkul hanya di atas bahu golongan Anshar semata atau diatas bahu mereka sebelum golongan lainnya.....! Maka ketika itu naiklah ia ke atas sebuah bukit lalu berseru; "Hai golongan Anshar...! Pecahkan sarung-sarung pedangmu, dan tunjukkan keistimewaanmu dari glongan lain.....!

Dan ketika seruannya dipenuhi oleh empat ratus orang pejuang. 'Abbad bersama Abu Dajanah  dan Barra' bin Malik mengerahkan musuh ke kebun maut, suatu kebun yang digunakan oleh Musailamah sebagai benteng pertahanan dan pahlawan besar itu pun berjuanglah sebagai layaknya seorang laki-laki, sebagai seorang Mu'min, dan sebagai seorang warga Ashar.

Dan pada hari yang mulia itu, pergilah Abbad menemui syahidnya ! Tidak salah mimpi yang dilihat dalam tidurnya semalam"? Bukankah ia melihat langit terbuka, kemudian setelah ia masuk ke celahnya yang terbuka itu, tiba-tiba langit bertaut dan tertutup kembali...! Dan mimpi itu dita'wilkannya bahwa pertemuan yang akan terjadi ruhnya akan naik kepangkuan Tuhan dan penciptanya.

Sungguh, benarlah mimpi itu dan benarlah pula tabirnya...! Pintu-pintu langit telah terbuka untuk menyambut ruh "Abbad bin Bisyir dengan gembira, yakni seorang tokoh yang oleh Allah diberi cahaya.

No comments:

Post a Comment