Friday, February 10, 2017

Kisah Jenazah Imam Syafi’i Bertabur Permata

Kisah Jenazah Imam Syafi’i Bertabur Permata ~ Kehidupan di alam Barzah adalah benar adanya, yang merupakan salah satu rukun iman dalam Islam. Jadi meskipun orang itu adalah muslim yang taat namun bilamana tidak mempercayai kehidupan setelah mati, maka orang itu bisa dikatakan tidak beriman, karena salah satu rukun imannya ditinggalkan.

kisah-jenazah-imam-syafi%2527i-bertabur-permata

Ada kisah penuh hikmah yang dialami oleh Imam Syafi’i. Setelah wafatnya, ia mendapatkan kenikmatan kubur. Di alam Barszah, Imam Sayafi’i didudukkan di kursi emas dan jenazahnya bertabur permata.

Ketika berusia 2 tahun, ia dibawa ibunya ke Hijaz, sebab ibunya berasal dari Kabilah Azdiyah (dari Yaman). Lalu Imam Syafi’i di bawa ke Makkah, karena sang ibu khawatir nasabnya yang mulia akan lenyap dan terlupakan.

Di Makkah, keduanya tinggal didekat Syi’bu Al-Khaif, seorang guru yang terkenal. Ibunya mengirim Imam Syafi’i untuk belajar kepadanya. Sebenarnya ibunya tidak mampu untuk membiayainya, akan tetapi sang guru ternyata tidak rela dibayar setelah melihat kecerdasan yang dimiliki Imam Syafi’i.

Pada usia 7 tahun, Imam Syafi’i sudah bisa menghafal Al-Qur’an 30 Juz. Pada usia 12 tahun beliau sudah bisa membaca dan menghafal kitab  Al-Muwaththa’ karya Imam Malik.

Imam Syafi’i dalam kesehariannya selalu berdakwah dan menebar ilmu. Imam Syafi’i menderita sakit dan meninggal pada malam Jum’at setelah shalat Isya hari terakhir bulan Rajab permulaan tahun 204 Hijriyah dalam usia 54 tahun.


Bertabur Mutiara

Sahabat Ar-Rabi menyampaikan bahwa dia telah bermimpi bertemu dengan Imam Syafi’i sesudah wafatnya.

“Apa yang telah diperbuat Allah kepadamu wahai Abu Abdillah  (imam Syafi’i)?” tanya Ar-Rabi

“Allah mendudukkan aku di atas sebuah kursi emas dan menaburkan pada diriku mutiara-mutiara yang halus,” jawab Imam Syafi’i. 

Begitulah sekelumit kisah nikmat alam kubur yang dialami oleh Imam Besar, Waliyullah, Imam Syafi’i. Semoga Allah SWT, senantiasa memberikan rahmat kepadanya.

No comments:

Post a Comment